Thursday, May 16, 2013

SLBA & SLBB



Seperti yang telah diketahui, sekolah mempunyai peranan penting dalam kehidupan kita. Tanpa ada sekolah, kita tidak bisa membaca huruf, belajar, dsb. Di Indonesia sendiri, sudah banyak terdapat sekolah-sekolah, baik sekolah negeri, sekolah swasta dan sekolah internasional. Semua itu hanya untuk anak-anak normal. Bagaimana dengan anak-anak yang mempunyai kekurangan? Apakah mereka tidak boleh memperoleh pendidikan seperti layaknya anak-anak normal?
Berikut adalah kriteria-kriteria sekolah luar biasa kelompok kami sesuai dengan jenisnya :
      SLBA
SLBA adalah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak yang mengalami cacat mata (tunanetra).
a.       Susunan Kelas
Gaya Auditorium yaitu Susunan Kelas di mana semua murid duduk menghadap guru.

b.      Guru
Guru bagi ABK-A harus menguasai karakteristik/strategi pembelajaran yang umum pada anak-anak tunanetra meliputi tujuan, materi, alat, cara, lingkungan, dan aspek-aspek lainnya yang dibutuhkan oleh ABK-A dan mereka harus dibimbing oleh guru yang sifatnya penyabar, tekun, bertanggung jawab dan memiliki kemampuan serta pengalaman untuk melatih ABK-A tersebut.

c.       Kurikulum
Kurikulum yang digunakan untuk ABK-A ini bisa dengan :

*      Metode ceramah
Yang dimaksud dengan metode ceramah ini adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Metode ceramah dapat diikuti oleh tunanetra karena dalam pelaksanaan metode ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan penjelasan lisan dan siswa mendengar penyampaian materi dari guru.
*      Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab atau suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya.
Menurut Zakiah Daradjat metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauhmana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
Siswa tunanetra mampu mengikuti pengajaran dengan menggunakan metode tanya jawab, karena metode ini merupakan tambahan dari metode ceramah yang menggunakan indera pendengaran.
*      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah salah satu alternatif metode yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa. Seiring dengan itu metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persolan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan atau ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik atau alternatif terbaik.
Anak tunanetra dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode diskusi, mereka dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi itu karena dalam metode dsikusi, kemampuan daya fikir siswa untuk memecahkan suatu persoalan lebih diutamakan. Dan metode ini bisa diikuti tanpa menggunakan indera penglihatan

d.      Biaya
270.000/bulan dan menyediakan potongan harga bagi siswa yang kurang mampu secara ekonomi yaitu dengan hanya membayar uang sekolah 35%.



e.       Fasilitas
Penunjang pendidikan untuk anak tunanetra secara umum sama dengan anak normal, hanya memerlukan penyesuaian untuk informasi yang memungkinkan tidak dapat dilihat, harus disampaikan dengan media perabaan atau pendengaran. Fasilitas fisik yang berkaitan dengan gedung, seyogyanya sedikit mungkin parit dan variasi tinggi rendah lantainya, dinding dihindari yang mempunyai sudut lancip dan keras. Perabot sekolah sedapat mungkin dengan sudut yang tumpul.
Fasilitas penunjang pendidikan yang diperlukan untuk anak tunanetra menurut Annastasia Widjajanti dan Imanuel Hitipeuw (1995) adalah braille dan peralatan orientasi mobilitas, serta media pelajaran yang menungkinkan anak untuk memanfaatan fungsi perabaan dengan optimal.

Fasilitas pendidikan bagi anak tunanetra antara lain adalah:

Huruf Braille
Huruf Braille merupakan fasilitas utama penyelenggaraan pendidikan bagi anak tunanetra. Huruf Braille ditemukan pertama kali oleh Louis Braille.

Tongkat putih
Tongkat putih merupakan fasilitas pendukung anak tunanetra untuk orientasi dan mobilitas. Dengan tongkat putih anak tunanetra berjalan untuk mengenali lingkungannya. Berbagai media alat bantu mobilitas dapat berupa tongkat putih, anjing penuntun, kacamata elektronik, tongkat elektronik.

Laser cane (tongkat laser)
Tongkat laser adalah tongkat penuntun berjalan yang menggunakan sinar infra merah untuk mendeteksi rintangan yang ada pada jalan yang akan dilalui dengan memberi tanda lisan (suara).

Audio

f.       Orientasi Belajar
Orientasi belajar yang digunakan Teacher Center Learning dimana guru yang menjadi pusat pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar.


2    SLBB
Sekolah Luar Biasa – B adalah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak yang memiliki gangguan pendengaran (tunagrahita). Gangguan pendengaran ini juga dapat mengakibatkan gangguan berbicara (tunawicara). Sekolah luar biasa ini menggunakan bahasa isyarat untuk melakukan proses belajar mengajar.

a.       Susunan Kelas
Susunan kelas atau gaya penataan kelas yang bagus adalah gaya Auditorium yang dimana satu kelas hanya berisikan 4-8 murid yang duduk menghadap ke guru atau pengajar. Dengan susunan kelas ini, murid-murid dapat memperhatikan guru dengan baik dan guru juga dapat memperhatikan muridnya dengan seksama. Sebaiknya dalam satu kelas terdapat minimal 2 orang guru sehingga apabila ada murid yang mengalami kesulitan dapat dibantu secara maksimal.
Suasana kelas pun harus dibuat senyaman mungkin. Untuk anak-anak TK – SD, ruang kelasnya bisa dihias dengan hasil karya seni maupun foto-foto murid dan majalah dinding yang berisikan list-list murid terbaik setiap minggunya. List ini bisa saja menjadi suatu motivasi untuk murid-murid untuk belajar lebih baik lagi.

b.      Guru
Guru yang mengajar di sekolah SLBB harus merupakan lulusan khusus dan memiliki kemampuan atau ahli dalam hal mengajar anak tunarungu dan tunawicara. Mereka diwajibkan untuk menguasai bahasa isyarat. Guru juga harus bisa mengajarkan banyak hal, selain hanya mahir di bidang eksakta atau yang teoritis, mereka juga harus mempunyai ketrampilan seni. Guru-guru di SLBB juga diharapkan memiliki emosi yang stabil karena untuk mengajar anak SLBB harus menggunakan kesabaran ekstra.

c.       Kurikulum
Kurikulum yang digunakan mungkin bisa menggunakan kurikulum yang digunakan oleh sekolah-sekolah biasa. Tapi sebelum memasuki SD ataupun  tahapan yang lebih tinggi, dibutuhkan kelas persiapan bahasa isyarat dan bahasa bibir sehingga murid-murid tunarungu dan tunawicara ini tidak begitu banyak mengalami kesulitan. Bahasa bibir juga penting untuk dipelajari karena ketika murid itu berada di lingkungan yang dimana semuanya tidak memiliki gangguan, bahasa isyarat tidak bisa begitu digunakan karena tidak semua anggota masyarakat memahami bahasa isyarat.

d.      Biaya
Biaya yang dikenakan kepada murid-murid di sekolah SLBB sama dengan biaya rata-rata sekolah biasa. Tidak ada perbedaan biaya antara sekolah normal dengan SLBB ini. Untuk murid yang kurang mampu, diringankan biayanya ataupun pihak sekolah membantu orang tua murid untuk mencari beasiswa ataupun sponsor dari luar.

e.       Fasilitas
Setiap kelas harus terdapat sebuah TV. TV tersebut berguna untuk memberitahukan pemberitahuan penting (tentunya dengan bahasa isyarat)  ataupun menonton hal-hal yang bisa membantu proses belajar mengajar murid-murid tunarungu tersebut. Selain TV, mungkin AC juga diperlukan agar murid terasa lebih nyaman.
Sekolah juga harus mempunyai asrama (dorm) untuk murid-murid yang berasal dari luar daerah. Dorm ini selain bisa ditinggali oleh murid-murid dari luar daerah, murid yang berasal dari dalam daerah juga bisa tinggal disana tergantung dengan keputusan orang tua murid.
Sekolah juga harus mempunyai kelas ekstrakurikuler misalnya kelas komputer, bahasa asing, literature, menggambar, memasak, olahraga dan sebagainya. Kelas ini diharapkan dapat membantu murid untuk menyalurkan minat dan bakat mereka tanpa terhambat oleh kelainan atau kekurangan yang dimiliki mereka.
Sekolah harus memiliki jaringan internet wireless (WIFI) yang bagus sehingga murid bisa mengakses internet yang mungkin bisa membantu proses belajar mereka dan agar mereka tidak ketinggalan informasi terkini. Media untuk mengakses internet harus menggunakan computer atau laptop yang disediakan sekolah. Murid-murid tidak diizinkan membawa gadget sendiri karena bisa saja terjadi kesetimpangan sosial.
Koperasi sekolah, UKS, kantin dan perpustakaan juga harus dimiliki oleh sekolah ini. Tentunya semua fasilitas sekolah disesuaikan dengan murid-murid yang tunarungu dan tunawicara.

f.       Orientasi Belajar
Orientasi Belajar untuk anak kelas TK – SD harus menggunakan sistem TCL (Teacher-Centered Learning) dan untuk tingkat yang lebih tinggi, sudah bisa menggunakan SCL (Student Centered Learning) dengan tujuan, murid diharapkan dapat bersosialisasi dengan teman-teman, berusaha mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan guru, dll. Hal ini berguna untuk mempersiapkan murid-murid tunarungu dan tunawicara untuk bisa berinteraksi di dunia sebenarnya layaknya orang biasa.

No comments:

Post a Comment