Thursday, May 16, 2013

SLBC & SLBD


  SLBC
SLBC ditujukan bagi anak-anak yang tunagrahita. Tunagrahita adalah keadaan keterbelakangan mental atau biasa dikenal juga sebagai retardasi mental. Retardasi mental adalah adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ dibawah 70) dan sulit menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental ini sendiri memiliki empat tipe yang dibedakan berdasarkan tingkat intelegensinya, yaitu:
·         Ringan (mild) : 55-70
·         Moderat          : 40-54
·         Berat (severe) : 25-39
·         Parah              : < 25

Nah, untuk anak-anak yang tunagrahita dapat memperoleh pendidikan melalui Sekolah Luar Biasa C (SLBC).  Berikut adalah hal-hal yang diperhatikan dalam SLBC ini, yaitu:

a.       Tata Ruang Kelas
Hal yang penting dalam tata ruang untuk anak yang retardasi mental yaitu tempat yang luas sekitar ukuran 6x7 meter.
 Satu kelasnya maksimalnya terdiri dari 10 orang anak dan 5 guru didalamnya. Sehingga satu guru dapat mengawasi dan mengajar untuk dua orang anak. Ruang harus luas sehingga anak dapat secara bebas bergerak dan berinteraksi. Kemudian, barang-barang yang digunakan, seperti mainan, juga harus aman, baik dari apa mainan dibuat maupun dari segi kandungan kimia didalam mainan, haruslah yang tidak membahayakan sehingga dapat meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Ruang dibuat senyaman mungkin, seperti menggunakan AC dan pengharum ruangan.
Bentuk meja sengaja dibuat gaya seminar sehingga pengajar dapat mengajari secara face-to-face kepada si anak. Disediakan pula karpet tempat bermain si anak, walaupun dinamakan tempat bermain, karpet tersebut dapat digunakan dalam proses belajar jika si anak sulit untuk dapat duduk tenang di kursi. Dan kelas juga di-cat dengan warna yang bagus yang dapat membawa perasaan tenang, damai, dan sejuk serta hindari menggunakan warna yang terlalu mencolok.

b.      Pengajar
Dalam memilih pengajar untuk SLBC haruslah memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, mampu berkomunikasi dengan baik, serta alangkah lebih baik jika tamatan dari psikologi. Sehingga, dapat memahami si anak dengan lebih baik. Kemudian pengajarnya juga harus kreatif sehingga pembelajaran tidak membosankan bagi si anak. Pengajar yang terdapat di dalam kelas sebanyak 5 orang dengan 10 orang siswa dengan harapan dapat secara efektif dalam proses belajar-mengajar.

c.       Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam proses belajar-mengajar ini harus mengajarkan terlebih dahulu tentang ‘Bina Diri” yang didalamnya mencakup:
·         Mengurus diri
·         Menolong diri
·         Komunikasi dan Sosialisasi
Dan diharapkan, guru mengajarinya dengan melalui teknik modeling, yaitu mempraktekan secara langsung agar si anak memperhatikan dan melakukan hal yang diajarkan oleh guru tersebut. Dan ibu guru tersebut juga harus mampu menjelaskan segala sesuatunya secara konkret dan rinci. Karena anak-anak retardasi mental cenderung tidak mampu memproses hal-hal yang abstrak.
Strateginya yaitu, pembelajaran yang diindividualisasikan dimana mereka belajar bersama-sama dalam satu kelastetapi kedalaman dan keluasan materi, pendekatan/metode maupun teknik berbeda-beda sesuai dengan kemaampuan dan kebutuhan si anak atau peserta didik. Metode yang digunakan dapat pula dengan metode kooperatif dimana dapat mengajari anak dalam komunikasi dan sosialisasi dengan orang lain.

d.      Biaya
Jika membicarakan tentang biaya SLBC ini relatif mahal, karena membutuhkan energi dan usaha ekstra bagi para pengajar. Jika saya yang membuat sekolah, uang sekolah si anak Rp 350.000/bulan dan akan mendapat potongan harga bagi orang tua yang kurang mampu.

e.       Fasilitas
Fasilitas sekolah merupakan penunjang aspek penting dalam membangun sekolah khususnya SLBC ini. Fasilitasnya dapat berupa indoor maupun outdoor.
·         Fasilitas Indoor :
- Toilet
- Musholla
- Ruang khusus ekstrakurikuler, seperti: ruang alat musik
- Ruang khusus bermain dan pengasuhnya
- Perpustakaan mini
-  1 Kamar tidur anak dengan 4 single bed
- Ruang konsultasi bagi orang tua
·         Fasilitas Outdoor :
-  Taman bermain
-  Kantin
-  Kolam renang mini
-  Pendopo
-  Halaman parkir
-  Security atau satpam

f.       Orientasi Belajar
Tentu saja orientasi belajar pada anak SLBC yaitu TCL (Teacher-Centered Learning), yaitu sistem belajar dimana guru berperan penting. 

SLBD
Sekolah luar biasa (SLB) tipe D ini adalah sekolah bagi anak tuna daksa. Yaitu anak-anak berkebutuhan khusus secara fisik, atau cacat pada tubuh. SLB-D tentunya harus memiliki pengaturan khusus yang berbeda dari sekolah biasa, yang dapat memberi kemudahan bagi siswa-siswanya.
Berikut beberapa pengaturan dan ketentuan dalam SLB-D :
a.       Manajemen Kelas
·         Kelas antara murid dengan tingkat kebutuhan yang berbeda sebaiknya dipisah. Misalkan anak dengan    
     cacat fisik ringan dipisahkan dengan cacat fisik berat.
·         Jumlah murid tiap kelas tidak melebihi 20 orang.
·         Setiap kelas memiliki asisten guru yang membantu murid setiap saat.
·         Gaya pengelolaan kelas yaitu duduk melingkar. Guru dapat memonitor murid-muridnya, antar siswa juga dapat berkomunikasi dengan baik.
·         Membuat dan mendiskusikan aturan yang disepakati bersama sebelum kelas.

b.      Guru
Guru dalam Sekolah Luar Biasa tentu saja harus orang-orang berpengalaman atau setidaknya mengenal dunia anak berkebutuhan khusus tersebut. Jika tidak, maka guru - guru tersebut harus terlebih dahulu diberikan training atau pelatihan.
 Orang yang memiliki kebutuhan khusus juga dapat menjadi guru di SLB. Mereka merupakan orang yang paling berpengalaman karena mengalami sendiri. Mereka akan lebih mengerti siswa, dan mengetahui hal- hal apa yang dibutuhkan siswa. Selain itu, dapat juga menjadi motivasi bagi siswa-siswanya , bahwa orang berkebutuhan khusus juga dapat memiliki karier dan diterima masyarakat.

c.       Kurikulum
Anak berkebutuhan khusus tuna daksa  belum tentu memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah dari anak-anak normal. Kurikulum dari sekolah normal bisa saja diterapkan. Hanya saja mungkin ada aspek-aspek tertentu yang terbatas karena adanya keterbatasan.
Dalam setiap SLB perlu adanya kelas motivasi. Yaitu kelas dimana pengajar memberikan motivasi pada siswa-siswanya. Memberikan pengertian pada siswa-siswanya bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Serta memotivasi murid-murid agar tidak merendahkan diri sendiri. Meningkatkan self-concept dan self-esteem mereka.
Beberapa kelas khusus yang dapat diadakan :
         Anak dengan cacat pada bagian tubuh tertentu diberikan pelajaran tambahan. Misalnya, anak dengan cacat di tangan atau jari, maka diberikan kelas tambahan untuk belajar menulis dengan baik.
         Kelas khusus pelatihan kaki bagi anak yang tidak dapat menggunakan tangan. Ini bertujuan agar kaki anak dapat lebih terlatih melakukan beberapa tugas menggantikan tangannya.

d.      Biaya
Biaya yang dikenakan pada murid sekitar Rp.350.000,- per murid. Untuk anak yang kurang mampu diberi keringanan uang sekolah.

e.       Fasilitas
·         Setiap kelas sebaiknya dilengkapi rak buku untuk masing-masing murid. Rak tersebut didesain dengan tinggi berbeda-beda, sesuai kebutuhan si anak. Misalnya, anak yang cacat kaki , tidak bisa berdiri, diberi rak yang bawah.
·         Jika dalam sekolah terdapat tangga, maka dibuat jalur khusus kursi roda.
·         Di sepanjang lorong kelas dalam sekolah, di buat pegangan tangan di dinding-dinding yang memudahkan siswa berjalan.
·         Berbagai fasilitas olahraga dan hobi yang berbeda sesuai kebutuhan khusus anak. Misalnya anak dengan cacat tangan bermain sepak bola. Anak dengan cacat kaki bermain catur.
·         Toilet di sekolah didesain untuk orang yang berkebutuhan khusus

f.       Orientasi Belajar
   Dalam sekolah luar biasa, orientasi belajar siswa cenderung TCL atau Teacher-Centered Learning, yaitu 
   proses pembelajaran dalam kelas yang berfokus pada gurunya. Guru mengajarkan setiap hal yang
   diajarkan dan murid mendengarkan. Student-Centered Learning atau SCL juga dapat diterapkan. Namun,
   tentu saja harus melihat pelajaran apa yang dipelajari dan juga melihat murid dalam kelas tersebut apakah
   mampu. Contohnya kelas kerajinan tangan, guru hanya perlu member tahu cara dasar pengerjaannya, dan
   selanjutnya dapat dikerjakan murid itu sendiri. Setiap karya yang dihasilkan siswa juga harus diberi
    penilaian dan umpan balik oleh si guru.

No comments:

Post a Comment